Tidur
yang normal membutuhkan koordinasi beberapa struktur otak, diantaranya lokus
caeruleus dan subcaeruleus (noreprinefrin menjadi transmiter), rafe nukleus (serotonin
sebagai transmiter), nukleus traktus solitarius, dan neuron di hipotalamus.
Lesi di nukleus subcaeruleus menyebabkan
insomnia pergerakan mata yang cepat (REM), lesi pada rafe nukleus atau hipotalamus anterior
menyebabkan insomnia (sementara), lesi di hipotalamus
posterior menyebabkan narkolepsi. Perangsangan nukleus traktus solitarius
(misalnya, akibat distensi lambung) menyebabkan kelelahan. Tidur juga sangat
bergantung pada irama sirkardian. Oleh karena itu, kerusakan pada pusat pembangkit
irama, yakni nukleus suprakiasma (SCN)
, menyebabkan periode tidur yang tidak teratur dan kesulitan terbangun.
Kesulitan terbangun diperantarai oleh sistem pengaktifan retikular asendens (ARAS), yakni hubungan antara
formasio retikularis melalui nukleus intralaminar talamus ke sebagian besar
area di otak. Kerusakan nukleus
intralaminar talamus (misal, oleh iskemia) menyebabkan somnolen.
Ketidaksesuaian antara aktivitas subkortikal dan tidur kortikal mungkin
merupakan penyebab tidur berjalan
(somnambulisme).
Gangguan
pengaturan pernafasan selama tidur telah dianggap berperan dalam sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS)
dan pada orang dewasa menyebabkan apnea
tidur. Alkalosis metabolik diduga mendorong terjadinya apnea tidur. Selain
itu, penurunan tonus otot selama tidur memudahkan kolapsnya saluran pernafasan,
apnea dan hipoksia.
Normalnya,
kita melalui beberapa fase dari berbagai kedalaman selama tidur. Dalam satu
malam, biasanya terdapat 5 fase tidur
REM. Pada tidur REM, terjadi pelepasan eksitasi dari batang otak sehingga
menyebabkan kedutan selain pada otot yang hipotonis. Beberapa fase tidur non-REM (NREM) harus dilalui
sebelum tidur REM diperoleh dengan meningkatkan kedalaman tidur yang
berhubungan dengan penurunan frekuensi gelombang EEG. Penggunaan obat tidur
dalam jangka lama menyebabkan tidur NREM menjadi lebih ringan dan kadang-kadang
hanya fase REM.
Ketika
terbangun, faktor tidur fase endogen akan terakumulasi, seperti peptida
penginduksi tidur yang dipecahkan kembali selama tidur. Mungkin serotonin
merangsang pembentukan faktor tidur karena penghambatan dalam pembentukan, pelepasan,
atau kerja serotonin (misal, oleh obat antihipertensi reserpin) menyebabkan
insomnia.
Peptida
penginduksi tidur menimbulkan ‘tekanan
tidur’ (tekanan tidur NREM atau tidur gelombang lambat [SWS]). Tekanan
tidur neto adalah perbedaan antara tekanan tidur dengan cerminan tekanan tidur
REM yang mengikuti irama sirkadian, yang pada dasarnya sejalan dengan suhu
tubuh dan parameter tubuh sejenis, seperti “kesiapan untuk beraktivitas dan
berusaha”. Kemampuan untuk tidur adalah fungsi dari tekanan tidur neto ini.
Ketika
mengalami perubahan zona waktu (jet lag)
atau ketika melakukan pergantian kerja, irama sirkadian awalnya terus bergetar
pada fase aslinya. Jika siang menjadi lebih pendek, tidak mungkin untuk tidur
pada waktu setempat karena tekanan tidur neto yang rendah. Ketika siang menjadi
lebih panjang, tekanan tidur akan meningkat karena periode bangun menjadi lebih
panjang dan untuk tidur pada waktu setempat menjadi tidak masalah. Akan tetapi,
irama sirkadian berikutnya akan menyebabkan bangun menjadi lebh awal.
Proses
tertidur juga terganggu oleh insomnia
fase tidur lambat, yang disebabkan oleh irama sirkadian yang tidak
fleksibel yang tidak dapat diperpendek. Ketika tidur terlalu awal, tekanan
tidur neto menjadi terlalu rendah. Selama kronoterapi, irama harian yang
diperpanjang (27 jam) dipaksa pada pasien sehingga periosiditas sirkadian yang
diinginkan dapat dicapai.
Depresi
mungkin mengurangi pembentukan peptida penginduksi tidur melalui kekurangan
serotonin. Hal ini menyebabkan penurunan tekanan tidur neto dan kesulitan untuk
tertidur. Tekanan tidur dapat ditingkatkan dengan mengurangi tidur pada hari
berikutnya sehingga tidur yang normal dapat dicapai.
Peningkatan tingkat
kegembiraan membuat proses tertidur menjadi lebih
sulit dan mengurangi lamanya tidur. Kecemasan mengenai insomnia meningkatkan
tingkat ini sehingga menjadi konteraproduktif.
0 komentar:
Posting Komentar