Perubahan genetik yang paling sering terjadi dalam karsinogenesis kanker
kolon adalah mutasi Adenomatous Polyposis
Coli (APC), Kristen rat sarcoma
(K-Ras), small ‘mothers against’
decapentaplegic4 (SMAD4), tumor protein p53 (TP53) dan gen mismatch repair
(MMR) yaitu Mult Homolog 1 (MLH1) dan
Muts homologue 2 (MSH2) (Arends,
2013).
APC adalah
suatu komponen pembentuk sinyal jalur Drosophila
melanogaster wingless gene (WNT). Sinyal ini memiliki fungsi untuk mengkode
sebuah protein yang mengikat bebas mikrotubulus, meningkatkan migrasi dan
perlekatan sel, dan mengatur kadar ß-katenin. Suatu mediator penting pada jalur
sinyal Drosophila melanogaster eingless
gene (WNT)/ß-katenin.
Mutasi APC
ditemukan pada 80% adenoma dan karsinoma dan terjadi di awal rantai urutan
karsinogenesis. Mutasi pada protein APC mengakibatkan terjadinya pemotongan
protein APC sehingga kemampuannya berubah dan tidak dapat lagi mendegradasi
ß-katenin, sehingga terjadi penumpukan ß-katenin di dalam sitoplasma dan nucleus yang mengakibatkan terjadinya
WNT signaling pathway secara terus menerus. Inaktivasi APC merupakan jalur
utama terbentuknya adenoma (Arends, 2013).
ß-katenin membentuk suatu kompleks dengan T cell transcription factor (TCF) yang merupakan factor transkripsi
di dalam nukelus yang mengakibatkan peningkatan proliferase sel dengan
meningkatkan transkripsi cellular myc
(c-MYC), SIKLIN D1, dan gen lain yang
menyebabkan poliferasi pada sel (Markowitz and Bertagnolii, 2009).
Mutasi yang mengaktivasi Kirsten rat
sarcoma (K-Ras) ditemukan pada 40% sampai 45% adenoma dan karsinoma kanker
kolon dan diduga muncul pada tahapan awal pembentukan adenoma. Mutasi biasanya
terjadi pada protein Kirsten rat sarcoma (K-Ras)
pada posisi kodon nomor 12, 13 dan 61 dan beberapa bagian lain. Protein Kirsten rat sarcoma (K-Ras) yang
mengalami mutasi memiliki subsitusi asam amino yang asli dengan asam amino yang
lain yang berpengaruh pada fungsi enzimatik protein Kirsten rat sarcoma (K-Ras), yaitu mengurangi atau mencegah
pemotongan enzimatik pada ujung gugus fosfat pada guanosin triofosfat (GTP),
yang secara normal dapat dikonversikan menjadi guanosin difosfat (GDP) yang
merupakan bentuk inaktif.
Gen Kirsten rat sarcoma (K-Ras) mengalami mutasi akan membentuk
protein K-Ras mutan yang teraktivasi secara permanen meskipun tanpa adanya
ikatan antara faktor pertumbuhan dengan reseptor di permukaan membrane. Kirsten rat sarcoma (K-Ras) mutan menimbulkan pertumbuhan dan
penyebaran tumor yang terus menerus dan tak terkontrol (Sriwidyani, 2013).
Gen Small
‘mothers against’ decapentaplegic4 (Smad4)
mengalami inaktivasi pada 60% sel kanker oleh adanya mutasi atau delesi dalam
jumlah banyak pada kromosom 18q tempat gen SMAD4 berada. Smad4 berperan dalam
transduksi sinyal pada jalur penghambatan beta-tumor
necrosis factor (TNF-ß), sehingga dengan adanya ketidakmampuan SMAD4 dalam
jalur penghambatan tersebut, sel tumor dapat terus tumbuh (Arends, 2013).
Tumor
suppressor gene TP53 mengode protein p53 yang merespon pada kerusakan DNA dengan upregulation inhibitor Cyclin-Dependent Kinase Inhibitor (CDK)
p21 yang memperbaiki kerusakan DNA atau dengan upregulation BCl-2 associated
X Protein (BAX) dan juga protein apoptosis lain yang menginduksi kematian
sel melalui jalur apoptosis. Mutasi yang menginaktivasi fungsi protein p53
ditemukan pada lebih dari 60% kanker kolon dan mutasi ini sering mengakibatkan
terjadinya fase akhir yaitu terbentuknya karsinoma.
Pertumbuhan sel di area tubuh
tertentu yang tidak terkendali dan bersifat merusak merupakan penyebab kanker.
Pada penyakit kanker usus besar, pertumbuhan tersebut bermula di dalam gumpalan
sel pada lapisan usus bagian dalam, kemudian menjalar dan menghancurkan sel-sel
lain di dekatnya, atau bahkan hingga ke beberapa area tubuh lainnya.
Pada awalnya, sel-sel yang diproduksi lapisan usus
bersifat tidak berbahaya dan memiliki manfaat untuk menjaga kenormalan fungsi
tubuh. Namun belum diketahui apa yang memicu sel-sel tersebut rusak, berubah
menjadi sel kanker dan tumbuh secara tidak terkendali.
Meski penyebab kanker usus besar tidak diketahui,
beberapa faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
penyakit tersebut, di antaranya:
- Terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan
- Kekurangan serat.
- Mengonsumsi minuman beralkohol.
- Merokok
- Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
- Berusia 60 tahun ke atas.
- Menderita penyakit gangguan pencernaan, salah satunya adalah kolitis ulseratif atau radang kronis di usus besar.
- Menderita diabetes.
- Kurang berolahraga.
- Memiliki kerabat dekat, misalnya orang tua atau saudara kandung, yang menderita kanker usus besar.
- Menderita sindrom Lynch.
- Menderita suatu masalah genetika yang menyebabkan tumbuhnya gumpalan-gumpalan sel atau polip di dalam usus besar. Kondisi ini disebut familial adenomatous polyposis (FAP).
0 komentar:
Posting Komentar