Penyebab gagal hati akut adalah keracunan dan inflamasi, misal, kolangitis fulminan
atau hepatitis virus (terutama
hepatitis A dan E). Penyebab gagal hati kronik yang disertai fibrosis hati
(serosis) adalah:
·
Inflamasi,
misal, hepatitis virus persisten kronis.
·
Penyalahgunaan
alkohol, merupakan penyebab yang paling sering.
·
Pada pasien yang
rentan, efek samping obat, misal
antagonis asam folat, fenilbutazon.
·
Kardiovaskuler
menyebabkan hambatan aliran balik vena,
misal pada gagal jantung kanan.
· Beberapa penyakit yang diturunkan, misal,
penyakit penyimpanan glikogen, penyakit Wilson, galaktosemia, hemokromatosis,
defisiensi antitripsin-α1
·
Kolestasis
intrahepatik atau pascahepatik dalam jangka waktu lama, misal, pada fibrosis
kistik, batu diduktus biliaris komunis, atau tumor.
Akibat
gagal ginjal yang paling berbahaya adalah:
·
Sinesis dihati
berkurang. Hal ini menyebabkan hipoalbuminemia
yang dapat menimbulkan asites, yakni akumlasi cairan ekstra sel dirongga
abdomen, dan bentuk lain berupa edema. Akibatnya volume plasma berkurang
sehingga terjadi hiperaldosteronisme
sekunder yang menyebabkan hipokalemia,
yang selanjutnya menimbulkan alkalosis.
Selain itu, berkurangnya kemampuan hati untuk menyintesis menyebabkan penurunan konsentrasi faktor pembekuan didalam plasma.
·
Terjadi kolestasis,
tidak hana menyebabkan kerusakan hati tetapi juga memicu kecenderungan
perdarahan karena kekurangan garam empedu akan menurunkan pembentukan misel dan
juga absorpsi vitamin K di usus
sehingga karboksilasi-γ dari faktor pembekuan II (protrombin), VII, IX, dan X
yang tergantung vitamin K berkurang.
·
Terjadi hipertensi
portal dan dapat menyebabkan asites menjadi lebih buruk karena penghambatan aliran limfe. Hal ini dapat
menyebabkan trombositopenia akibaat
splenomegali, dan pembentukan varises
esofagus. Defisiensi faktor pembekuan aktif, trombositopenia, dan varises
dapat menyebakan perdarahan yang hebat. Akhirnya, hipertensi portal dapat
menyebabkan enteropati eksudatif. Hal
ini akan meningkatkan asites karena hilangnya albumin dari plasma, selain
memberi kesempatan pada bakteri usus besar untuk ‘diberi makan’ dengan protein
yang telah melewati lumen usus sehingga meningkatkan pelepasan amonium yang
bersifat toksik terhadap otak.
·
Hiperamonemia,
yang sebagian berperan pada ensefalopati (apatis, memory gaps, tremor dan akhirnya koma hepatikum) meningkat karena:
Perdarahan
saluran cerna juga berperan dalam peningkatan suplai
protein ke kolon.
Gagal hati menyebabkan
hati menjadi tidak lagi mampu untuk mengubah amonium (NH3, NH4+)
menjadi urea.
Hipokalemia yang telah
disebutkan diatas menyebabkan asidosis
intrasel yang akan mengaktifkan pembentukan amonium di sel tubulus
proksimal dan pada saat yang sama menyebabkan alkalosis sistemik. Komponen
pernafasan menambah alkalosis sistemik jika pasien mengalami hiperventilasi akibat ensefalopati.
Pada hipertensi portal, zat lain
yang bersifat toksik terhadap otak akan melewati hati, dan karena itu, tidak
akan dibuang oleh hati seperti yang seharusnya terjadi. Zat tersebut, seperti, amin, fenol, dan asam lemak rantai pendek juga terlibat terhadap terjadinya
ensefalopati. Akhirnya, otak menghasilkan “transmiter
palsu” (misal, serotonin) dari asam
amino aromatik karena jumlahnya yang meningkat didalam plasma jika terjadi gagal
hati. Tarnsmiter ini mungkin berperan dalam terjadinya ensefalopati.
0 komentar:
Posting Komentar